Hujan Sudah Duluan..
Drama 3 babak diadaptasi dari cerpen “Sebuah Rencana Hujan” karya Sugging Raga
(oleh : Anastasia Theodora Kumiling)
Karakter fisik tokoh dan setting :
-. Nalea, perempuan usia 10 tahun, menggunakan seragam SD, membawa tas sekolah dan tas bekal.
yang sedang duduk menunggu di pos satpam sekolahnya. Ia lengkap dengan tas sekolahnya dan tas bekalnya. Sekolah saat itu sudah sangat sepi hanya ada satpam yang sedang minum kopi.
-. Ibu, wanita 35 tahun berpakaian rumahan (kebaya, jarit)
-. Pak Satpam, berpakaian seragam satpam
-. Ayah, pria 38 tahun berpakaian rumahan (celana, kaos putih polos)
-. Pemeran figuran ( Pak Satpam, Sinta, Leona)
PANGGUNG
BABAK 1
Di atas panggung disediakan setting halaman sekolah yang ada pos satpam nya.Ada papan nama sekolah, bangku ruang tunggu.Banyak pemeran figuran.
BABAK 2
Di atas panggung disediakan setting pos ronda tua yang ada meja tuanya.
BABAK 3
Di atas panggung disediakan ruang tamu yang berisi sofa dan meja kecil.
BABAK I
(Diperdengarkan bel pulang berbunyi dan murid Sekolah Dasar berkeliaran di atas panggung saling berbicara dan ada juga yang berpamitan. Setiap murid Sekolah Dasar yang masih kecil – kecil itu kebanyakkan dijemput oleh orang tuanya.)
Sinta: “Lea, kok belum pulang ?”
Nalea: “aku belum dijemput nih.”
Sinta: “Teman – teman aku duluan yaaaa..” (sambil melambaikan tangan)
Nalea: “yahhhh dadahhhhh…” (melambaikan tangan juga)
Sinta: “jangan lupa buku ku yaaa..”
Nalea: “okok.”
Leona: “Loh, ibu mu emang kemana ? kok belum jemput?”
Nalea: “aku juga gak tau.”
Leona: “Nah, itu ibu ku. Aku pulang duluan yaaaaa…”
(nalea sendirian duduk di kursi tunggu depan pos satpam.)
Pak Satpam: “Dik, kok belum dijemput sih?!”
Nalea: “hm” (jawabnya gagu)
Pak Satpam: “ kalau belum dijemput jangan pulang dulu ya, Dik.”
(disertai suara gemuruh hujan dan langit mulai mendung)
Nalea: “tapi sudah mau hujan pak.”
(bunyi Guntur dan kilat menyambar)
Pak satpam: “ya tetap tunggu saja sampai yang jemput datang.”
(nalea tetap dengan wajah khawatir, clingak – clinguk)
Nalea: “duh mama kok belum jemput aku sih ?! ini khan udah mau hujan.” (clingak – clinguk dan ekspresinya khawatir)
Nalea: “tapi mama bilang jangan pulang dulu kalau belum di jemput.”
(Gadis kelas empat SD itu kelihatannya sangat resah dan hanya bisa clingak – clinguk menanti ibunya untuk menjemputnya. Padahal langit sudah mulai mendung)
Nalea: “Pak, aku pergi dulu yaaa..”
Pak satpam: “Loh, dik.. (sambil tangannya memanggil-manggil)
Nalea: “Ibu tidak jemput – jemput aku nanti kesorean soalnya Pak.”
Nalea: “daaahhhhhhhh..”
(pak satpam menghela nafas).
(akhirnya ia pergi meninggalkan pos itu dan pulang.)
BABAK II
(Suara petir saling sahut menyahut dan mulailah titik air hujan itu jatuh. Hujan lebat mengguyur disertai angin kencang.)
(Ada pos ronda tua dan Nalea berteduh. Ia membuka sepatunya yang basah karena berlarian sepanjang jalan lalu meletakkannya di bawah sebuah meja tua di situ.)
Nalea: ” Ibu nyari aku gak ya?” (sambil melepaskan tasnya dan sepatunya yang basah karena hujan).
(Nalea duduk dengan posisi memeluk kakinya sendiri karena kedinginan)
Nalea: “Ibu mana ????” (sambil menoleh kanan dan kiri kebingungan menunggu ibunya datang dari kejauhan namun yang ia lihat hanya derai hujan lebat).
Nalea: (Nalea diam termenung) “coba saja aku dengar kata mama pasti aku gak akan kehujanan gini.” (sambil merenungi dirinya sendiri dan menyesali kenapa tidak patuh pada ibunya.)
Nalea: “Aduhhhh ini basah semua.. Mana hujannya tidak reda – reda lagi.” (mukanya cemberut)
-. Petir menyambar dan gemuruh datang silih berganti. Nalea sangat tampak kalau ia sangat ketakutan dan ia berlindung di bawah meja tua yang ada di pos ronda tua itu.
Nalea: “Ibuuuuuu… Aku takuttttttttttt..” (dengan wajah ketakutan)
Nalea: “brrr.. brrrr… (ekspresi kedinginan).
(Nalea teringat dengan semua buku – buku yang ia pinjam dari Sinta dan mengeluarkannya)
Nalea: “Ya ampunnnnnnnn ini buku Sinta..” (mengeluarkan semua buku Sinta)
Nalea: “aduhhhh gimana ini ?! semua nya memang gara – gara aku!”
Nalea: “Coba saja aku menunggu di sekolah, pasti buku – buku ini gak akan basah seperti ini.” (wajahnya sedihhh dan penuh penyesalan)
Nalea: “”Ibu pasti sibuk tadi. Tidak bisa cepat menjemput. Coba Nalea mau menunggu di sekolah, mungkin ibu sekarang sudah sampai sambil bawa payung.”
Nalea: “Hujannya benar – benar gak reda – reda lagi..”
Nalea: “Tuhan, maafin aku soalnya aku gak dengerin kata-kata ibu dan sekarang aku jadi kehujanan gini dan gak bisa pulang.”
BABAK III
Ibu: “Pak, Nalea kemana ya ? kok belum pulang – pulang juga dari tadi.”
Bapak: “Bapak juga tidak tau,Bu..”
Ibu: :Mungkin saja ia di rumah temannya ya,Pak”
Bapak: “Semoga saja begitu.”
Ibu: “Ini memang selah ibu,Pak.”
Bapak: “Loh mengapa bisa begitu?”
Ibu: “Seharusnya ibu tadi menjemput Nalea tepat waktu. Tapi ternyata hujan sudah duluan.”
Bapak: “Lebih baik kita berdoa saja Bu.”
(Ibu hanya memandangi hujan dari jendela berharap Nalea datang.)
(back song : Firasat – Dewi Lestari)
(Bapak melihat ibu dengan ekspresi iba.)
Ibu: “Sepertinya hujan belum pernah selebat ini yaa..”
(Bapak hanya manggut – manggut saja)
Ibu: “Nalea kok belum sampai – sampai ya Pak ?”
Bapak: “Tadi kata ibu sepertinya dia mampir di rumah temannya.”
Ibu: “Kan semoga saja Pak.”
(ibu mencari payung)
Bapak: “Loh ibu mau kemana ?”
Ibu: “Ibu mau cari Nalea, Pak.”
Bapak: “Sudah biar bapak saja yang cari Nalea.”
Ibu: “Tapi bapak tidak tau Nalea biasanya dimana.”
Bapak: “Tapi ini hujan, Bu..”
Ibu: “Tapi ini salah ibu tidak menjemput Nalea tadi.”
(terjadi perseteruan antara Bapak dan ibu.)
Bapak: “Baiklah ibu yang pergi mencari, Bapak yang menunggu di rumah.”
Ibu: “Baiklah kalau begitu.”
Ibu: “Ibu pergi ya, Pakk..”
(bapak menunggui Ibu sampai menghilang di balik derasnya hujan yang mengguyur)
Bapak: “Entah mengapa rasanya aku ini tidak rela sekali melihat ibu pergi mencari Nalea. Apa ini firasat ?”
(di pos ronda Nalea semakin kedinginan)
Nalea: “Duhhh ibu kemana sih ?”
Nalea: “brrrrr .. brrrrr…”
Nalea: “sebaiknya aku jalan saja deh daripada aku mati kedinginan disini.”
(Nalea membereskan semua buku dan sepatunya)
(gemuruh Guntur semakin keras dan petir)
Nalea: “Tuhan lindungi aku.”
(Nalea berlari menerjang hujan yang deras itu)
(Ibu menyisir jalan mencari Nalea)
Epilog :
Namun jalan itu sudah seperti laut yang dipenuhi dengan air luapan sungai seperti siap menelan semua yang ada di hadapannya.
Tiga jam berlalu, dan….
*back song : one litre of tears – susumu ueda)
Epilog :
Tetapi, hujan telah lebih dulu menjalankan rencananya, jika ibu dan anak itu dapat bertemu lagi setelah ini, keduanya tentu akan lebih saling menyayangi di dunia yang lebih damai.


0 comments:
Post a Comment